Senin, 04 Mei 2009

Mengenal Gas Bumi

Apa yang terfikirkan oleh Anda jika mendengar perbincangan tentang gas. Mungkin seketika akan terbayang tentang sesuatu yang berbahaya, mudah meledak, beracun dan sebagainya. Apalagi jika perbincangan meluas pada penggunaan gas sebagai bahan bakar, terbayang di benak bahwa gas adalah suatu bahan bakar yang berbahaya dan mudah meledak, terlebih adanya unsur api dalam penggunaannya.

Ada bermacam jenis dan manfaat gas yang ada di sekitar kita. Ada Oksigen yang kerap diperlukan dalam bernafas bagi paru-paru. Hidrogen digunakan untuk mengisi balon udara. Gas bio dihasilkan dari sampah atau kotoran hewan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Gas bumi yang merupakan hasil proses alami di dalam perut bumi selama berjuta-juta tahun dalam kondisi tekanan dan suhu atmosfir mempunyai fasa atau bentuk yang dapat diperoleh dari suatu proses penambangan, dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, juga sebagai bahan baku industri petrokimia dan berbagai gas lainnya.
Dengan adanya berbagai jenis gas yang ada di sekitar kita, timbul pertanyaan, betulkah gas dan bahan bakar yang dalam penggunaannya berfasa gas merupakan suatu zat atau material yang sangat berbahaya?

Apa itu Gas Bumi
Gas bumi merupakan salah satu sumber energi tak terbarukan, yaitu sumber energi yang jika habis dalam penggunaannya tidak dapat diperbaharui lagi. Alam dapat menghasilkannya lagi namun butuh waktu yang sangat lama, bisa mencapai ratusan juta tahun untuk memprosesnya. Sumber energi lain yang termasuk dalam kategori ini ialah minyak bumi, tenaga nuklir, dan batubara.
Sumber energi tak terbarukan dikenal juga sebagai bahan bakar fosil karena berasal dari fosil sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang hidup ratusan juta tahun lalu.

Gas bumi juga merupakan bahan bakar fosil dengan komposisi utama berupa gas methane, yaitu bahan bakar gas hidrokarbon dengan jumlah rantai karbon yang paling sederhana (dalam pengertian ilmu kimia). Selain terdapat dalam gas bumi, gas methane juga dapat ditemukan dalam bahan bakar batubara yang dikenal dengan sebutan gas tambang. Sedangkan gas methane yang terjebak dalam batuan batubara di kedalaman lebih 500 meter di bawah permukaan tanah, disebut dengan coal bed methane.

Asal-usul Gas Bumi
Gas bumi merupakan salah satu bahan bakar fosil yang berbentuk gas. Menurut para ahli geologi, ahli gas, dan perminyakan, gas bumi terbentuk dari sisa-sisa binatang dan tanaman kecil laut yang mati 200 sampai 400 juta tahun lalu.
Proses terbentuknya pada saat binatang dan tanaman kecil laut tersebut mati, lalu tenggelam ke dasar laut dan tertimbun oleh lapisan dan endapan lumpur. Setelah bertahun-tahun, lapisan pasir dan lumpur tersebut menjadi tebal hingga beberapa meter, menghasilkan tekanan yang sangat besar dari energi yang disimpannya.
Gabungan dari tekanan dan panas yang dihasilkan oleh bumi dan sisa-sisa binatang dan tumbuhan dalam jangka waktu ratusan juta tahun dapat merubah campuran zat-zat organic binatang dan tumbuhan laut tersebut menjadi minyak dan gas bumi. Selanjutnya semakin banyak gas bumi yang terbentuk menjadikan gas tersebut terjebak dalam bebatuan di dalam tanah dan atau lautan. Dari kumpulan jebakan-jebakan lapisan minyak dan gas bumi dalam bebatuan dikenal dengan reservoir, dan akhirnya dapat ditemukanlah gas dan atau minyak bumi.
Gas bumi yang ditemukan dalam suatu reservoir dibedakan berupa gas asosiasi (associated gas) dan gas non asosiasi (non associated gas). Gas asosiasi adalah gas bumi yang terdapat bersama-sama dengan minyak bumi dalam suatu reservoir. Sedangkan gas non asosiasi adalah gas bumi yang terdapat dalam reservoir yang tidak mengandung minyak bumi dalam jumlah yang cukup besar.
Ditinjau dari lokasi reservoir ditemukannya gas bumi, dalam dunia migas dikenal dengan offshore dan onshore. Offshore adalah lokasi reservoir yang diusahakan atau dimanfaatkan untuk mendapatkan gas dan atau minyak bumi berada di lepas pantai. Sedangkan onshore berada di daratan.
Agar bisa dimanfaatkan, gas bumi yang ada dalam reservoir harus dibor dari dalam perut bumi untuk dikeluarkan dan diolah. Kemudian disalurkan ke konsumen, agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, seperti untuk memasak, sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, bahan bakar industri, dan bahan baku industri pupuk dan petrokimia.

Sejarah Pemanfaatan Gas Bumi
Berabad lalu, manusia purba Yunani, Persia dan India berhasil menemukan gas bumi. Mereka terkagum oleh nyala api pada saat musim semi tiba, ketika gas bumi yang keluar dari bebatuan menyala dan terbakar oleh sambaran petir. Tempat tersebut dianggap keramat, kemudian di antaranya ada yang membangun tempat ibadah di sekitar tempat nyala api tersebut dan menjadikan mereka pemuja api.
Sekitar 2500 tahun lalu, orang-orang China mengaku telah memanfaatkan gas bumi untuk membuat garam. Mereka menyalurkan gas dari sumur gas yang dangkal dengan bambu dan membakarnya di bawah panci besar untuk menguapkan air laut untuk mendapatkan garam.
Di Amerika Serikat, penggunaan gas bumi perdana tahun 1816, gas bumi digunakan sebagai bahan bakar untuk penerangan jalan Baltimore. Lalu tahun 1821, William Hart, orang pertama yang berhasil melakukan pengeboran sumur gas di Fredonia, New York, dengan kedalaman sumur gas sekitar 27 kaki atau 8,1 meter, sangat dangkal dibandingkan sumur gas sekarang yang mencapai ribuan meter. Saat ini seperempat pengguna energi di Amerika Serikat memanfaatkan gas bumi.
Di Indonesia, pemanfaatn gas bumi dimulai tahun 1479, sejak ditemukannya sumber api abadi yang dikenal sebagai api abadi Mrapen terletak di desa Manggarmas, kecamatan Godong, kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah. Menurut legenda, api tersebut ditemukan atau dibuat pertama kali oleh Sunan Kalijaga, yang slanjutnya dimanfaatkan untuk membuat keris oleh Empu Suta. Ada juga api abadi Kayangan Api di daerah Sendangharjo, kecamatan Ngasem, kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Api abadi tersebut adalah gas bumi yang terbakar secara terus menerus sampai saat ini. Api ini pertama kali ditemukan dan dimanfaatkan pada jaman Majapahit untuk pembuatan benda pusakan seperti keris, pisau dan senjata pusaka kerajaan.


(Bersambung...)

Tidak ada komentar: